Makalah Pengertian dan Masalah BK


MAKALAH BIMBINGAN KONSELING
“PENGERTIAN BK, PENTINGNYA BK, DAN MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI BK”




Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Fadhilaturrahmi, M.Pd



Description: LOGO UPTT.png


Disusun Oleh :
RABIATUL WAHYUNI     1686206056









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Bimbingan dan konseling adalah merupakan  sebuah proses tolong menolong  antara individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional dan sosial yang diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung  jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan pelajar.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan  bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan tertentu.

B.  Rumusan Masalah
1.    Jelaskan Definisi dari Bimbingan Dan Konseling?
2.    Apa tujuan bimbingan dan konseling?
3.    Apa Pentingnya Bimbingan dan Konseling?
4.    Apa saja masalah-masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling?





C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi bimbingan dan konseling.
2.    Untuk mengetahui tujuan bimbingan dan konseling.
3.    Untuk mengetahui pentingnya Bimbingan dan Konseling. 
4.    Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam uraian berikut pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.
a.    Makna Bimbingan
Seperti disebut diatas bahwa, “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance” dari kata dasar “guide” yang berarti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberi nasihat (giving advice). (Winkel, 1991).
Istilah “guidance”, juga diterjemahkan dengan arti bantuan dan tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan dengan arti pertolongan.  Jadi secara etimologis, bimbingan dan konseling berarti bantuan dan tuntunan atau pertolongan, tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan.
Makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata bimbingan sebagai berikut:
B          (bantuan)
I           (individu)
M         (mandiri) atau kemandirian
B          (bahan)
I           (interaksi)
N         (nasihat)
G         (gagasan)
A         (asuhan)
N         (norma)

Jadi bimbingan bisa berarti bantuan yang diberikan pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b.   Makna Konseling
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “conseling” didalam kamus artinya dikaitkan dengan “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nashiat (to obtain consel), anjuran (to give counsel) dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
(Mortensen, 1994) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antar pribadi dimnana orang yang satu yang membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
Makna konseling juga dapat dimaknai dari akronim kata konseling sebagai berikut;
K         (kontak)
O         (orang)
N         (menangani)
S          (masalah)
E          (expert atau ahli)
L          (laras)
I           (integrasi)
N         (norma)
G         (guna)
Jadi konseling bisa berarti kontak hubungan umbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.
Berdasarkan makna bimbingan dan koseling diatas, dapat dirumuskan makna bimbingn dan konseling sebagai berikut:




Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.

B.  Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan bimbingan dan konseling adalah dalam rangka: pertama. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling. Kedua, membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien. Ketiga, membantu mengembangkan perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. Keempat, membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.
Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:
1.    Pengenalan terhadap diri sendiri dan penerimaan terhadap diri sendiri.
2.    Penyesuaian diri terhadap lingkungan (sekolah, rumah, masyarakat).
3.    Pengembangan potensi semaksimal mungkin.
4.    Pemecahan masalah dengan baik dan realistis.

Hamdan Bakran Adz Dzaky, (2004), merinci tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagai berikut: pertama, untuk mnghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah), bersikap lapang (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufiq dan hidayah-Nya (mardhiyah).
Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan sekitarnya.
Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan memenuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Kelima, untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menaggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat membeikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

C.  Masalah-masalah yang dihadapi Bimbingan dan Konseling
Adapun masalah Bimbingan dan Konseling (BK) di tingkat sekolah, dibagi menjadi dua, yaitu:
1.    Masalah Internal
Masalah Internal adalah masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan ketidak beresan siswa dalam belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
a.    Kesehatan
b.    Rasa aman
c.    Faktor kemampuan intelektual
d.   Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e.    Motivasi
f.     Kematangan untuk belajar
g.    Usia
h.    Jenis kelamin
i.      Latar belakang social
j.      Kebiasaan belajar
k.    Kemampuan mengingat
l.      Kemampuan penginderaan seperti: melihat, mendengar atau merasakan.



Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut:
Arin gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun ketika ujian sumatif, hasil ulangan Arin tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Arin di kelas turun drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Arin tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.
Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifat : Biologis dan  Psikologis.
Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Sementara hal yang bersifat Psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, IQ, konstelasi psikis yang terwujud emosi dan gangguan psikis.

2.    Masalah Eksternal
Masalah Eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidak beresan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti:
a.    Kebersihan rumah
b.    Udara yang panas
c.    Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d.   Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e.    Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f.     Kualitas proses belajar mengajar.




Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:
Talita seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seoprang dari sejulah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkan saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, Talita selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Talita dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh “rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Talita untuk belajar.

3.    Masalah Bimbingan Konseling yang Terjadi di Tingkat Sekolah serta Upaya Penyelesaian Masalah Bimbingan Konseling menuju Bimbingan Konseling yang Ideal
a.    Masalah Internal
1)   Bimbingan dan konseling berpusat pada masalah permukaan saja
a)    Latar belakang:
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat gejala-gejala dan keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika pembahasan masalah itu dilanjutkan, didalami, dan dikembangkan, seringkali ternyata bahwa masalah yang sebenarnya lebih jauh, lebih luas dan lebih pelik bukan apa yang sekedar tampak atau disampaikan itu.ketidak jelian konselor dalam memandang ini yang sering kali membuat layanan konseling diperuntukan untuk masalah permukaan yang timbul saja.
b)   Upaya perbaikan:
Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya itu. Konselor tidak boleh terpaku oleh keluhan atau masalah yang pertama disampaikan oleh klien. Konselor harus mampu memahami masalah yang sebenarnya dan mendefinisikan masalah atau identifikasi masalah klien yang sebenarnya.
2)   Guru BK belum begitu mampu mengembangkan profesionalitasnya sebagai konselor sekolah
a.    Latar belakang:
Masih banyaknya siswa yanng belum bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan belum maksimalanya pelaksanaan BK disekolah baik dalam layanan bimbingan maupun pada saat konseli menunjukan rendahaya kemampuan guru BK yang ada di sekolah.
b.    Upaya perbaikan:
Untuk mengatasi hal tersebut dalam upaya peningkatan profesionalitas guru BK tentunya dapat dilakukan dengan mengikuti seminar, work shop yang menambah pengetahuan tentang bimbingan konseling dan kegiatan lain yang berkenaan dengan bimbingan konseling.
3)   Keterbatasan waktu dalam memberi layanan BK  
a)    Latar belakang:
Rasio 1 guru BK dengan peserta didik yang diatasi sekitar 1:150 sehingga bila disekolah hanya ada  dua guru BK berarti hanya mampu mengangani sekitar 300 peserata didik sedangakan satu sekolahan  terkadang memiliki siswa lebih dari 600 selain itu pelaksaan BK hanya diberikan waktu pada jam istirahat atau pada saat jam mata pelajaran bk dari hal itu apakah cukup dengan perbandingan rasio dan jumlah konselor sudah cukup untuk melaksanakan bimbingan dan konseling? tentunya secara nalar kita akan menjawab ”tidak”.
b)   Upaya perbaikan:
Dalam masalah ini upaya yang bisa dilakukan untuk hal tersebut konselor bisa melakukan bimbingan kelompok sehingga konselor bisa memabntu konseli untuk menemukan solusi sendiri, mengambil keputusan, sehingga banyak waktu yang sangat sedikit itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal.



4)   Keterbatasan informasi yang diberikan dalam memberikan layanan BK
a)    Latar belakang
Kurang maksimalnya pemberian layanan bimbingan dan konseling disekolah terutama pada saat pemberian layanan BK, terkadang layanan BK yang diberikan oleh konselor belum bisa menjawab indikator yang diperlukan oleh peserta didi dan kebutuhan peserta didik pada saat itu.
b.    Upaya perbaikan:
Upaya yang seharusnya dilakukan oleh konselor agar bisa untuk mengatasi permasalahan tersebut konselor bisa mencari referensi di buku baik perpustakaan atau di internet sehingga layanan bimbingan pemberian informasi bisa terlaksana dengan baik dan yang terpenting  bisa menjawab indikator yang diperlukan siswa.
5)   Kuranganya dukungan dari sistem yang ada di sekolah
a)    Latar belakang:
Kurang maksimalnya guru BK atau konselor sekolah dalam berkerja disekolah salah satunya kurang komunikasi antara guru kelas, wali kelas, kepala sekolah dan lain-lain yang masih di dalam lingkup sekolah dari hal ini bisa membuat konselor kurang bisa dengan segera dalam memberikan layanan konseling dan mendapat informasi yang cepat mengenai siswa.
b)   Upaya perbaikan:
Konselor bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait yang ada di sekolah sehingga dengan hal demikian semua sistem bisa bejalan dengan baik dan mendukung proses BK disekolah.
6)   Konselor tidak bisa menyampaikan layanan BK layaknya sebagai seorang konselor.
a)    Latar belakang:
Biasanya Layana BK yang diberikan oleh konselor itu tidak ada melibatkan peserta didik dalam setiap layanannya sehingga ketika konnselor menyampaikan layanan tidak ada bedanya dengan orang yang menyapaikan penyuluhan saja sehingga layanan yang diberikan tidak dapat diserap dengan baik karean bersifat satu arah (hanya konselor yang berbicara) tanpa melibatakan peserta didik
b)   Solusi:
Dalam menyampaikan setiap layanan BK hendaknya konselor selalu melibatkan peserta didik sebagai bagian dari pemberian layanan artinya peserta didik dibuat aktif dalam setiap pemberian layanan bimbingan sehingga setiap layanan yang diberikan akan lebih bermakna karena peserta didik turut serta menjadi bagian dari pemberian layanan, untuk bisa membuat hal ini terwujud hendaknya seorang konselor biasa menumbukan dinamika kelompok dalam setiap layanan yang diberikan dan untuk menumbuhkan dinamika kelompok itu konselor harus sering berlatih.
7)   Konselor sering tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan pesrta didik
a)    Latar belakang:
Gambaran konselor yang sangat killer membuat siswa sering menghindar apabila bertemu dan berpapasan dengan konselor sekolah ditmabah lagi sangat minimnya waktu tatap muka anatara konselor dan peserta didik diman konseor hanya masuk satu kali dalam 1 minggu itu dengan waktu yang sangat minim dari hal ini yang bisa membuat salah satu factor mengapa konselor kurang  bisa mejadi mitra atau teman bagi setiap pesrta didik yang ada disekolah hal ini bisa ditambah dengan sifat konselor yang sanagat dingin terhadap dengan harapan peserta didik menjadi segan terhadap konselor.
b)   Solusi:
Menjadi konselor harus bisa menjadi mitra peserta didik bukannya menimbulkan jarak hal ini salah satu cara yang bisa dilakukan:
(1)     Konselor harus bersikap ramah
(2)     Konselor membuang image killer
(3)     Mempunyai ketulusan
(4)     Penerimaan tanpa syarat terhadap semua peserta didik
(5)     Menumbuhkan sikap empati.
Dengan konselor sekolah melakukan hal sperti diatas maka peserta didik akan lamabat laun akan bisa mendekat dengan atau konselor akan lebih mudah mendekat dengan peserta didik dengan ha demikian kita akan mudah melakukan tugas kita sebagai konselor karena telah terjalin hubungan yang baik dan pesertadidik akan lebih cenderung terbuka dengan konselor tentang apa yang sedang dialami dan konselor bisa dengan cepat melakukan penanganan terhadap permsalahan yang sedang dihadapi oleh siswa dan cenderung peserta  didik yang dengan suka rela akan menemui konselor.

b. Masalah Eksternal
1)   Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
a)    Latar belakang:
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan ”barang siapa di antara siswa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang bersalah itu (cenderung menghukum siswa yang bermasalah) . Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya .
b)   Upaya perbaikan:
Berdasarkan pandangan di atas, adalah wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor karena menganggap bahwa dengan datang kepada konselor berarti menunjukkan aib, ia telah berbuat salah, atau predikat-predikat negatif lainnya. Padahal sebaliknya, dari segenap anggapan yang merugikan itu, di sekolah konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan siswa. Disamping petugas-petugas lainnya di sekolah, konselor hendaknya menjadi tempat pencurahan kepentingan siswa, apa yang terasa di hati dan terpikirkan oleh siswa. Petugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas atau polisi yang selalu mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring petunjuk jalan, pembangun kekuatan, dan Pembina tingkah laku positif yang dikehendaki. Petugas bimbingan dankonseling hendaknya bisa menjadi konselor pengayom bagi siapa pun yang dating kepadanya. Dengan pandangan, sikap, ketrampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapapun yang berhubungan dengan konsellor akan memperoleh suasana nyaman.
2)   Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat
a)    Latar belakang:
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Akan tetapi terkadang di sekolah konselor bukanlah orang yang benar-benar professional sehingga pada saat proses konseling terkesan hanya memberikan nasehat bukan memabatu konseli dalam menentukan keputusan, solusi terhadap masalahanya dan memandirikan
b)   Upaya perbaikan:
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang satiu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan dan memahami teknik-teknik konseling sehingga pada saat proses konseling tidak menjadi memberi nasehat.
3)   Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
a)    Latar belakang:
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah, jika tidak ada maka BK tidak diperlukan, dan BK itu diperlukan untuk membantu menyelesaikan masalah saja. Memang tidak dipungkiri bahwa salah satu tugas utama bimbingan dan konseling adalah untuk membantu dalam menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak berkembang menjadi masalah yang besar.
b)   Upaya perbaikan:
Seharusnya konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki masalah atau yang tidak bermasalah untuk menghindari anggapan tersebut hendaknya konselor selalu melaksana fungsi bimbingan preventif untuk menimimalisir anggapan tersebut sehingga dengan demikian sebelum ada masalah BK sudah muncul (layanan bimbingan).
4)   Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
a)    Latar  belakang:
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”tidak”. Hal ini didasarai pada masalah yang talah kami kemukakan kami terkdang pada pelaksanaan bimingan konseling itu banyak berupa nasehat dan nasehat itu bisa diberikan oleh siapa saja.
b)   Upaya perbaikan:
Jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman tentunya bila hal itu dilaksanakan anggapan bimbingan dapat diberikan olah  siapa saja tentunnya akan berubah.




D.  Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat, dan kemampuannya yang harus berkembang. Pandangan ini menitikberatkan bimbingan yang bersifat preventif dan kesehatan mental serta pengembangan diri. Pelaksanaannya dilakukan sejak awal di sekolah dasar atau pengalaman awal anak dalam pendidikan.
1.    Tindakan preventif di sekolah dasar
Tuntutan untuk mengadakan identifikasi secara awal diakui kebenarannya oleh para ahli bimbingan karena:
a.    Kepribadian anak mudah terbentuk dan masih akan mengalami banyak perubahan dalam proses perkembangannya.
b.    Hubungan orang tua murid dengan sekolah masih sangat mudah dibentuk di sekolah dasar daripada di sekolah lanjutan.
c.    Anak masih mempunyai waktu terbuka untuk masa depannya, sehingga di sekolah dasar anak dapat belajar mengenali diri sendiri dan menemukan cara-cara pendekatan untuk menghadapi suatu persoalan dan cara memecahkannya di kemudian hari.
2.    Kesiapan (readiness) di sekolah dasar
Hambatan pendidikan dapat timbul jika kurikulum diberikan kepada anak terlalu cepat atau terlalu lambat. Konsep ini mengharuskan identifikasi perkembangan anak secara tepat dan awal serta membutuhkan sistem pencatatan sebaik mungkin. Pengalaman sangat diperlukan oleh setiap pembimbing di sekolah dasar maupun sekolah menengah untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pendidikan yang terus-menerus.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Bimbingan dan konseling adalah dua komponen yang tak terpisahkan dan saling membutuhkan dan saling berperan didalam proses bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling yang melibatkan lembaga konseling ini, tentu tidak lepas dari pengaruh dinamisasi ruang dan waktu kehidupan yang senantiasa menawarkan perubahan. Oleh karenanya, agar bimbingan dan konseling ini senantiasa efektif dan berkembang lebih baik, maka problematika dan alternatif pemecahan yang ada dalam konseling tersebut harus senantiasa  diaplikasikan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahpahaman pemaknaan yang tentu saja akan berdampak pada praktiknya. Banyaknya problem yang terjadi dalam konseling, problematika konselor kebanyakan lahir dari ketidakpahaman yang mendalam tentang konseling. Oleh karena itu, imageketiga unsur konseling harus benar-benar dibangun kembali menjadi lembaga yang benar-benar nyaman untuk sharing yang solutif berbagai macam masalah yang dihadapi peserta didik. Ketiga unsur di atas bukanlah hal yang berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terkait antara satu dan yang lain. Maka, semuanya harus dipahami secara utuh agar pelaksanaanya bisa optimal.

B.  Saran
Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya terus menerus belajar agar memiliki pengetahuan yang memadai, keberanian dan keuletan yang ditunjang oleh kemampuan berkomunikasi serta kepribadian yang dapat diteladani.
 Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya menyusun dan melaksanakan program kegiatan yang dapat mengembangkan potensi siswa, baik bidang akademik, non akademik dan psikologis melalui pembelajaran yang bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad sudrajat, (2008). Landasan, bimbingan, dan konseling. [Online]. Tersedia dalam: (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling). [Diakses 21 September 2017].

Baraja, Abubakar. (2006). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studio Press.

Fahmi Muhammad, (2012). Fungsi, Tujuan, dan Asas Bimbingan Konselin. [Online]. Tersedia dalam:  (http://Fahmimuh13.blogspot.com/2012/12/fungsi-dan-tujuan-asas-asas-bimbingan_17.html). [Diakses 21 September 2017].

Kartono, Kartini. (1985). Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta: CV Rajawali.

Mora rimonda, (2013). Pengertian, prinsip, Landasan dan Fungs. [Online]. Tersedia dalam: (http://Sfdzbd.blogspot.com/2013/03/pengertianprinsipasalandasanfungsi-dan.html). [Diakses 21 September 2017].

Prayitno., Emti, Erman. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta: RajaGrafindo Pers.








No comments:

Powered by Blogger.